Wisma Atlit Tuntas Bulan Juni 2011
net
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Menapak Tahun 2011, sebagian masyarakat Sumsel menunggu selesainya pembangunan Venus SEA Games dan Wisma Atlit. Saat ini, di lokasi pembangunan tidak dijumpai batu bata, pasir dan koral seperti layaknya kegiatan pembangunan di Sumsel.
Ternyata, Pemprov Sumsel memakai teknologi bangunan modern. Wisma Atlit yang mengaplikasikan beton ringan (hebel) ditargetkan tuntas Juni ini.
Kepala Dinas PU Cipta Karya Sumsel Ir Rizal Abdullah, Sabtu (1/1/2011)mengatakan, pembangunan venues SEA Games di Jakabaring sarat teknologi modern. Misalnya, Wisma Atlit. Diakui, di lokasi tidak ada tumpukan pasir, koral dan batu bata/batako karena memang tidak dipakai.
"Apa yang menjadi kekhawatiran masyarakat yang awam sangat dimaklumi. Bagi kalangan teknik, pasti mengerti dengan teknologi yang sedang dipakai," katanya.
Dengan teknologi modern, dimana teknologi yang sama digunakan untuk gedung bertingkat di Jepang, Cina, Eropa dan Vietnam sebagai Tuan Rumah SEA Gamse XXV lalu, maka diyakini bangunan ini tahan gempa. "Pembangunan wisma Atlit didanai dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar Rp 250 miliar," katanya.
Untuk Wisma Atlit, sedang dikerjakan 950 titik tiang pancang pondasi dari 1.800 titik, yang ditargetkan akhir Januari sudah selesai. Pembangunan gedung menggunakan empat alat untuk memasukan paku bumi. Februari sudah proses tegak baja dengan rangka balok dan kolom dan langsung diiringi pemasangan lantai
bangunan HCS (Hollow Core Slab) yang sudah jadi dan tidak main cor, seperti pembangunan konvensional yang memakai steger.
Setelah itu, akan dibarengi dengan pemasangan dinding (precast) setebal 7,5-8,5 centimeter. "Kalau dinding bangunan dari batu bata atau batako lalu diplester
dengan adukan semen, butuh waktu berbulan-bulan. Dengan teknologi precast, pekerja hanya butuh waktu dua sampai tiga minggu," papar Rizal Abdullah.
Selanjutnya, untuk menyekat ruangan atau membuat kamar tipe 36 dimasing-masing lantai, material yang dipakai beton ringan (hebel), termasuk membuat kamar mandi dan dapur (pantry). Rencananya, akan dibuat 1.500-2.000 kamar dengan daya tampung 5-6 orang atlit sehingga total atlit akan berkumpul dalam satu kawasan sebanyak 6.000 atlit SEA Games XXVI.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin SH memastikan di Januari-Februari ini akan dipamerkan contoh disain kamar tipe 36 (dua kamar tidur, satu ruang tamu dan dua kamar mandi ditambah ruang dapur) Wisma Atlit di Atrium Pelambang Square (PS).
"Insyaallah, contoh kamar wisma atit tipe 36 akan dipamerkan di Palembang Square sehingga masyarakat mengetahui sekaligus promo dan sosialisasi SEA Games," katanya. Dewasa ini bahan bangunan semakin beragam. Mulai dari pengganti
bata dengan menggunakan hebel atau plat lantai diganti menggunakan penutup yang berbahan ringan serta untuk atap yang tidak lagi menggunakan kayu sebagai kuda-kuda maupun untuk reng dan usuknya. Tetapi saat ini masyarakat tren menggunakan baja ringan sebagai pengganti kayu.
Untuk dinding, dahulu orang cenderung menggunakan batako ataupun batu bata. Saat ini orang sudah mengenal hebel. Sebenarnya beton ringan ini sudah dipergunakan oleh masyarakat Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
Kemudian pada tahun 1943 di Jerman dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel. Di Indonesia hebel mulai dikenal sejak tahun 1995.
Ternyata, Pemprov Sumsel memakai teknologi bangunan modern. Wisma Atlit yang mengaplikasikan beton ringan (hebel) ditargetkan tuntas Juni ini.
Kepala Dinas PU Cipta Karya Sumsel Ir Rizal Abdullah, Sabtu (1/1/2011)mengatakan, pembangunan venues SEA Games di Jakabaring sarat teknologi modern. Misalnya, Wisma Atlit. Diakui, di lokasi tidak ada tumpukan pasir, koral dan batu bata/batako karena memang tidak dipakai.
"Apa yang menjadi kekhawatiran masyarakat yang awam sangat dimaklumi. Bagi kalangan teknik, pasti mengerti dengan teknologi yang sedang dipakai," katanya.
Dengan teknologi modern, dimana teknologi yang sama digunakan untuk gedung bertingkat di Jepang, Cina, Eropa dan Vietnam sebagai Tuan Rumah SEA Gamse XXV lalu, maka diyakini bangunan ini tahan gempa. "Pembangunan wisma Atlit didanai dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar Rp 250 miliar," katanya.
Untuk Wisma Atlit, sedang dikerjakan 950 titik tiang pancang pondasi dari 1.800 titik, yang ditargetkan akhir Januari sudah selesai. Pembangunan gedung menggunakan empat alat untuk memasukan paku bumi. Februari sudah proses tegak baja dengan rangka balok dan kolom dan langsung diiringi pemasangan lantai
bangunan HCS (Hollow Core Slab) yang sudah jadi dan tidak main cor, seperti pembangunan konvensional yang memakai steger.
Setelah itu, akan dibarengi dengan pemasangan dinding (precast) setebal 7,5-8,5 centimeter. "Kalau dinding bangunan dari batu bata atau batako lalu diplester
dengan adukan semen, butuh waktu berbulan-bulan. Dengan teknologi precast, pekerja hanya butuh waktu dua sampai tiga minggu," papar Rizal Abdullah.
Selanjutnya, untuk menyekat ruangan atau membuat kamar tipe 36 dimasing-masing lantai, material yang dipakai beton ringan (hebel), termasuk membuat kamar mandi dan dapur (pantry). Rencananya, akan dibuat 1.500-2.000 kamar dengan daya tampung 5-6 orang atlit sehingga total atlit akan berkumpul dalam satu kawasan sebanyak 6.000 atlit SEA Games XXVI.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin SH memastikan di Januari-Februari ini akan dipamerkan contoh disain kamar tipe 36 (dua kamar tidur, satu ruang tamu dan dua kamar mandi ditambah ruang dapur) Wisma Atlit di Atrium Pelambang Square (PS).
"Insyaallah, contoh kamar wisma atit tipe 36 akan dipamerkan di Palembang Square sehingga masyarakat mengetahui sekaligus promo dan sosialisasi SEA Games," katanya. Dewasa ini bahan bangunan semakin beragam. Mulai dari pengganti
bata dengan menggunakan hebel atau plat lantai diganti menggunakan penutup yang berbahan ringan serta untuk atap yang tidak lagi menggunakan kayu sebagai kuda-kuda maupun untuk reng dan usuknya. Tetapi saat ini masyarakat tren menggunakan baja ringan sebagai pengganti kayu.
Untuk dinding, dahulu orang cenderung menggunakan batako ataupun batu bata. Saat ini orang sudah mengenal hebel. Sebenarnya beton ringan ini sudah dipergunakan oleh masyarakat Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
Kemudian pada tahun 1943 di Jerman dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel. Di Indonesia hebel mulai dikenal sejak tahun 1995.
Editor: Antonius Bramantoro | Sumber: Sriwijaya Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar